Selasa, 04 Juni 2013

metode yang digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri



Metode yang digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri
FARMAKOLOGIS
Analgesik, ada tiga jenis yaitu :
Non-narkotik (Analgesik antipiretik, obat Antiinflamasi Nonsteroid /NSAID)
Analgetik narkotik atau opiat
Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgetik
NONFARMAKOLOGIS
Stimulasi Kutaneus
Distraksi
Tehnik Relaksasi
Imajinasi terbimbing
Hipnosis

askep klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
Konsep Dasar Gangguan Rasa Nyaman
            Suatu keadaan yang membuat perasaan menjadi lebih menyenangkan dan menjadi lebih baik, Suatu pernyataan pada individu yang mengalami sensasi yanng tidak menyenangkan dalam merespon stimulus yang berlebihan.
Pengertian Nyeri
            Suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yg nyata, ancaman atau fantasi luka, Sensori yang tidak menyenangkan & pengalaman emosional yg berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda, Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
Tahap Nyeri
1.      Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius àaktivitas elektrik reseptor terkait.
2.      Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex.
3.      Modulasi yaitu aktivitas saraf untuk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu telah diteruskan di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika seperti morfin.
4.      Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk memahaminya

Klasifikasi Nyeri
1.      Menurut tempatnya
2.      Menurut serangannya
3.      Menurut sifatnya



Menurut tempatnya
1.      Perifer Pain
         biasanya dirasakan tubuh seperti kulit & mukosa
2.      Deep Pain
         Periosteum, otot, tendon, sendi, pembuluh darah
3.      Viseral Pain
         Renal colic, cholesistitis, appendisitis, ulkus gaster
4.      Psychogenic Pain

Menurut Serangannya
1.      Nyeri akut
         Terjadi kurang dari 6 bulan bersifat mendadak dan area nyeri dapat diidentifikasi dengan karakteristik ketegangan otot mtkt dan kecemasan.

2.      Nyeri kronis
         Lebih dari 6 bulan sumber sulit diket dan sulit dihilangkan sehingga sulit diidentifikasi secara spesifik

Menurut Sifatnya
1.      Insidentil
         Timbul sewaktu-waktu kemudian menghilang. Misal trauma ringan
2.      Steady
         Timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama, misal abses
3.      Paroxymal
         Intensitas tinggi dan kuat biasanya menetap 10-15 menit kemudian hilang dan timbul lagi

Respon Terhadap Nyeri
Dipengaruhi :
1.      Ambang nyeri
2.      Pain tolerance yg dipengaruhi :
         Psikologis, familial, cultural, environment, past experience, pain perception, age, meaning of pain, location, duration, intensitas of pain



Respon Psikologis
  1. Fear
  2. Anxiety
  3. Depression

Respon Fisik
1.      Menggigit bibir
2.      Menggertakkan gigi
3.      Ekspresi wajah : mengerutkan wajah dan mengernyitkan alis
4.      Melakukan gerakan : volunter (sengaja), involunter
Respon Fisiologis
  1. Activation Stage
  2. Rebound Stage
         Nyeri hebat tapi singkat, sistem saraf parasimpatis mengambil alih : penurunan Hr, penurunan TD
3.      Adaptation stage
         Penghambatan pusat vasomotor di medulla tonus menurun s/d shock

Activation Stage
1.      Reaksi fight or flight
2.      Aktivitas sistem saraf simpatis efek yang terjadi : muka pucat, pupil dilatasi, RR meningkat, denyut jantung meningkat, kontraksi jantung meningkat, ketegangan otot bertambah, simpanan energi menurun.
3.      Penurunan parasimpatis : anorexia, nausea, muntah, aktivitas GIT menurun
Faktor-faktor yg mempengaruhi persepsi nyeri
1.      Lingkungan
2.      Umur
3.      Jenis Kelamin
4.      Suport keluarga dan social
5.      Budaya
6.      Makna nyeri
7.      Perhatian
8.      Ansietas
9.      Pengalaman masa lalu
Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
2.      Diagnosa Keperawatan
3.      Perencanaan
4.      Implementasi
5.      Evaluasi
Pengkajian
1.      Riwayat Nyeri
2.      Skala Nyeri
3.      Pemeriksaan Fisik
Riwayat Nyeri
1.      Lokasi
2.      Intensitas
3.      jumlah distraksi, tingkat kesadaran kx, harapan klien
4.      Qualitas
5.      Pola
6.      Faktor pencetus
7.      Faktor yang mengurangi
8.      Pengalaman nyeri sebelumnya
9.      Arti nyeri bagi individu
10.  Sumber koping
11.  Respon afektif
12.  Gejala yang berhubungan
13.  Efek terhadap aktivitas sehari-hari
Skala Nyeri
1.      Barbara C. Long
            0 : Tidak nyeri
            1 : Nyeri ringan
            2 : Nyeri sedang
            3 : Nyeri Parah
4        : Nyeri separah-parahnya
2.      Skala Numeral
            0    : Tidak nyeri
            1-3 :  Nyeri ringan
            4-6 :  Nyeri sedang
            7-10: Nyeri berat
Pemeriksaan Fisik
1.      Respon Psikologis
Bervariasi tergantung apakah nyeri akut atau nyeri kronis
2.      Respon Perilaku
Ekspresi wajah, menggertakan gigi, mengernyitkan alis mata, menggigit bibir bawah, imobilisasi bagian tubuh, dll.
Diagnosa Keperawatan
1.      Problem :
            1. Nyeri akut
            2. Nyeri kronis
2.      Etiologi :
            Patofisiologi, Tindakan yang berhubungan, Situasional, Maturasional        
Patofisiologi
1.      B.d kontraksi uterus selama kehamilan
2.      B.d trauma perineum selama persalinan & kelahiran
3.      B.d involusi uterus & pembengkakan payudara
4.      B.d trauma jaringan sekunder thd fraktur, artritis, kanker dll
5.      B.d inflamasi dari sendi, otot dll
6.      B.d keletihan, malise sekunder thd hepatitis dll
Tindakan yang berhubungan
1.      B.d trauma jaringan sekunder terhadap operasi, kecelakaan, vena pungsi dll
2.      B.d mual muntah sekunder thd kemoterapi, anestesia, efek samping dll

Situasional
1.      B.d demam
2.      B.d imobilitas/posisi yg tidak tepat
3.      B.d aktivitas yang berlebihan
4.      B.d respon alergi
5.      B.d iritan kimia
Maturasional
1.      Bayi : kolik
2.      Bayi & masa kanak2 awal : tumbuh gigi, infeksi
3.      Remaja : sakit kepala, nyeri dada, dismenorrea
Perencanaan & Tindakan
1.      Distraksi
2.      Relaksasi
3.      Stimulasi kulit
4.      Plasebo
Teknik Relaksasi menurut Stewar (1976 : 959 )
1.      Pasien menarik napas dalam & mengisi paru-paru dengan udara
2.      Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor & merasakan betapa nyaman hal tersebut
3.      Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal
4.      Pasien menarik napas dalam lagi 7 menghembuskan pelan-pelan & membiarkan hanya kaki & telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran px pada kakinya yang terasa ringan & hangat
5.      Px mengulang langkah 4 & mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung & pok otot-otot yang lain
6.      Setelah px merasa relaks, px dianjurkan bernapas secara pelan-pelan. Bila nyeri menjadi hebat, px dapat bernafas secara dangkal & cepat
Evaluasi
1.      Kriteria hasil untuk perawatan dengan gangguan nyeri ( aktual maupun potensial ) tergantung pada diagnosa perawatan